Sabtu, 21 Januari 2012

REVOLUSI HIJAU DAN INDUSTRIALISASI PADA MASA ORDE BARU


REVOLUSI HIJAU
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapat dilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada masa sekarang ini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi perbedaan makin besar dalam taraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk. Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi. Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu perubahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern.  Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia.  Di Meksiko pada tahun 1944 didirikan sebuah pusat penelitian benih jagung dan gandum. Pusat penelitian ini mendapat bimbingan langsung dari Rockefeller Foundation. Hanya dalam beberapa tahun, para peneliti di lembaga tersebut berhasil menemukan beberapa varietas baru yang hasilnya jauh di atas rata-rata hasil varietas lokal Meksiko. Diilhami oleh kesuksesan hasil penelitian di Meksiko, pada tahun 1962 Rockefeller Foundation bekerja sama dengan Ford Foundation mendirikan sebuah badan penelitian untuk tanaman padi di Filipina. Badan penelitian ini dinamakan International Rice Research Institute (IRRI) yang bertempat di Los Banos, Filipina. Pusat penelitian initernyata juga menghasilkan suatu varietas padi baru yang hasilnya jauh melebihi rata-rata hasil varietas lokal di Asia. Varietas baru tersebut merupakan hasil persilangan genetik antara varietas padi kerdil dari Taiwan yang bernama Dee-
Geowoogen dan varietas padi jangkung
dari Indonesia yang bernama Peta.

Hasil dari persilangan tersebut diberi nama IR 8-288-3 atau biasa dikenal dengan IR-8 dan di Indonesia dikenal dengan sebutan padi PB-8. Setelah penemuan padi PB- 8, disusul oleh penemuan varietasvarietas baru yang lain. Jenis-jenis bibit dari IRRI ini di Indonesia disebut padi unggul baru (PUB). Pada tahun 1966, IR-8 mulai disebarkan ke Asia diikuti oleh penyebaran IR-5 pada tahun 1967. Pada tahun 1968 di India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Malaysia, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia telah dilaksanakan penanaman padi jenis IR atau PUB secara luas di masyarakat. Pada tahun 1976 areal sawah di Asia yang ditanami PUB sudah mencapai 24 juta hektar. Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian dalam melakukan persilangan (breeding) antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan jenis
tradisional) dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi
syarat, antara lain:
a.       tersedia cukup air;
b.      pemupukan teratur;
c.       tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit;
d.      tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu.

PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA

Perkembangan revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Sebagian besar kondisi social ekonomi masyarakat Indonesia berciri agraris. Oleh karena itu pertanian menjadi sector yang sangat penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini didasari oleh:
a.       Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat.
b.      Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.
c.       Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.

Maka, berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian dengan melakukan berbagai cara diantaranya dikenal dengan sebutan sebagai berikut:
a.      Intensifikasi pertanian         
Intensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan pancausaha tani, panca usaha tani ini meliputi
·         pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul;
·         pemupukan yang teratur;
·         pengairan yang cukup;
·         pemberantasan hama secara intensif;
·         teknik penanaman yang lebih teratur.



b.      Ekstensifikasi pertanian      
Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.
c.       Diversifikasi pertanian
Diversifikasi pertanian  yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.
d.      Rehabilitasi pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Dalam pelaksanaannya Revolusi Hijau dilakukan dalam bermacam bentuk dan cara. Di Indonesia misalnya Revolusi Hijau dilakukan melalui “komando dan subsidi”. Program BIMAS atau Bimbingan Massal tahun 1970 adalah salah satu bentuk pelaksanaan Revolusi Hijau. Bimas adalah suatu paket program pemerintah yang berupa teknologi pertanian, benih hibrida, pupuk kimia, pestisida, dan bantuan kredit. Ketika jumlah peserta BIMAS menurun, pemerintah melontarkan program baru INMAS (intensifikasi massal) yakni suatu program kredit sebagai lanjutan bagi peserta Bimas. Pada tahun 1979 sekali lagi sebuah program baru bernama INSUS (intensifikasi khusus) diluncurkan. Tujuannya adalah untuk mendorong petani menanam tanaman sambil mengontrol hama padi.
Program-program yang diluncurkan pemerintah ini dibarengi dengan beberapa subsidi. Bentuk-bentuk subsidi tersebut adalah
a.       bantuan dan subsidi besar besaran terhadap harga pupuk kimia
b.      subsidi terhadap kredit pertanian
c.       pembayaran gabah oleh negara melalui operasi pembelian dengan harga dasar dan pembangunan stok persediaan
d.      meningkatkan kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui utang luar negeri.
Hasil kuantitatif Revolusi Hijau di Indonesia memang menakjubkan. Di satu pihak pertanian di Jawa mampu memproduksi dua kali lipat padi dari hasil pertanian di Pulau Jawa tahun 1960-an. Jawa menyumbangkan lebih dari rata rata kontribusi pangan nasional, dalam arti hasil dibanding daerah lain di Indonesia, dan karena itu memainkan peran utama dalam perubahan status Indonesia dari pengimpor beras terbesar menjadi mandiri pada tahun 1985.
Namun demikian jika dilihat secara kwalitatif dan kritis, terdapat berbagai persoalan yang berdampak terhadap meningkatnya kemiskinan di pedesaan, urbanisasi, serta represi politik terhadap kaum tani. (Banyak study telah dilakukan diantaranya oleh Gunawan Riyadi).
Dalam rangka untuk mencegah terjadinya penolakan penyebab marginalisasi akibat dari program terebut pemerintah telah menerapkan suatu mekanisme konrol politik dengan memperkenalkan “floating mass policy”, yakni melarang organisasi massa dan politik berkembang di tingkat desa. Pemilihan kepala desa diganti dengan sistim penunjukan, dan sering kali dengan seorang militer untuk melengkapi Komando rayon militer di tingkat kecamatan. Pembentukan KUD sebagai satu-satuya koperasi di tingkat kecamatan, serta kebijaksanaan tentang pemerintahan desa yang berlaku sejak tahun 1979 untuk menggantikan model rembug desa, adalah juga proses pembatasan politik petani melalui penciptaan lembaga yang bisa kontrol.
Revolusi Hijau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia. Keuntungan Revolusi Hijau bagi umat manusia, antara lain sebagai berikut.
a.       Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari
satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja
b.      Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.
c.       Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan atau harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera.
d.      Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara, misalnya di Indonesia.

Namun, bukan hanya danpak positif saja yang diberikan akibat adanya revolusi hijau ini, ada juga dampak negative yang muncul akibat revolusi hijau ini. Dampak negatif munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a.       Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersamasama pada masa sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang.
b.      Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan makin kuat.
c.       Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.d. Peningkatan
produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.

PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI

Perkembangan industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industry . dimana selain penemuan-penemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang menyebabkan terjadi industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Dimana revolusi hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
a.      Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
b.      Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
c.       Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d.      Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan industri.
e.      Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulain tertarik akan perkembangan industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi di Indoensia, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu:
a.       Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara.
b.      Mengembangkan industri pertanian
c.       Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami kemajuan pesat.
d.      Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia.
e.       Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia.
Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari perkembangan industry.
a.      Industry pertanian.
Industry pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan bantuan tekhnologi industry. Tekhnologi industry itu dapat menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industry pertanian meliputi hal-hal sebagai berikut:
·         Industry pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura.
·         Industry pengolahan hasil perkebunan seperti industry minyak kelapa, industry barang-barang karet dan sebagainya.
·         Industry pengolahan hasil perikanan seperti industry pengolahan udang, rumput laut, ubur-ubur dan lain sebagainya.
·         Industry pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan ranyon, serta industry pengolahan rotan.
·         Industry pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitsi sumber-sumber yang baru.
·         Industry pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
·         Industry mesin dan peralatan pertanian.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industry pertanian agar lebih baik yaitu:
Ø  Melakukan panca usaha tani
Ø  Penanganan pascapanen
Ø  Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen.
Ø  Penyediaan sarana dan prasarana
Ø  Pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi.
Ø  Pemanfaatan lahan kering, pekarangan dan rawa.
Pada dasarnya perekonom ian Indonesia bersifat agraris, bahkan hamper 80% wilayah Indonesia merupakan daerahpertanian dan sebagian besar penduduk indionesia bekerja di sector pertanian.
Hasil hasil pertanian yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industry, seperti industry furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan hasil produksi pertanian itu ditempuh melalui proses industry pabrtik. Beberapa pabrik industry pengolahan hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil goodyear di bogor, pabrik kina di bandung, pabrik kertas di leces dan padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan lain sebagainya.
b.      Industry nonpertanian.
Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian, meliputi industri maritim, industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan energi, industri semen, besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Berbagai macam industri telah didirikan untuk meningkatkan produksinya. Pabrik semen di Gresik, Padang, Cibinong, dan Ujung Pandang. Untuk memperkuat struktur industri Indonesia yang masih lemah, mulai tahun 1984 pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut “Peta Rangka Landasan” bidang industri dengan sistem “Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center) “sebuah proyek percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri petrokimia, pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama dilaksanakan di Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur.
·         Industri Pertambangan dan Energi
Industri pertambangan dan industri diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri, dan meningkatkan ekspor.
Contohnya adalah:
Ø  industri tambang batu bara di Sawahlunto;
Ø  industri tambang emas di Irian Jaya;
Ø  industri tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang;
Ø  industri tambang timah di Belitung;
Ø  industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang
·         IndustriElektronika. Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring bermunculan perusahaan elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan Panasonic bergabung menjadi Panasonic).
·         Industri Pariwisata
Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata
internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi.
Adapun keuntungan industri wisata adalah:
Ø  mendatangkan devisa Negara
Ø  memperluas lapangan kerja
Ø  memacu pembangunan daerah
Ø  meningkatkan rasa cinta tanah air
Ø  mengembangkan kerajinan rakyat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional
membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu:
·         industri mesin dan logam dasar (industri hulu);
·         industri kimia dasar (industri hulu);
·         kelompok aneka industri (industri hilir);
·         industri kecil termasuk industri rumah tangga.
Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut.
·         Swasembada Beras
·         Kesejahteraan Penduduk
·         Perubahan Struktur Ekonomi
·         Perubahan Struktur Lapangan Kerja
·         Perkembangan Investasi

PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menampakkan kemajuan sekitar abad ke-19, ketika para ilmuan berhasil menemukan berbagai penemuan penting. Misalnya penemuan di bidang keasehatan yang memungkinkan kesehatan manusia menjadi lebih baik. Perkembangan itu sampai sekarang masih berlangsung dan telah mengubah cara kehidupan manusia diseluruh dunia. Namun yang paling menakjubkan dalam penemuan itu adalah perkembangan di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi.
a.      System informasi dan komunikasi.
Teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).  Pengembangan teknologi hardware cenderung menuju ukuran yang kecil dengan  kemampuan serta kapasitas  yang tinggi. Namun diupayakan harga yang relatif  semakin murah. Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Perkembangan teknologi informasi telah memunculkan berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi, seperti : e-government, e- commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika.
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, meliputi : memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Informasi yang dibutuhkan akan relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Dengan ditunjang teknologi  informasi telekomunikasi data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Perkembangan teknologi  informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan itu dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sehingga sekarang sedang semarak dengan berbagai terminologi yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.
Ekonomi global juga mengikuti evoluasi dari agraris dengan ciri utama tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Melalui penemuan mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utama modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Abad sekarang, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused). Telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi  kunci (enabler technology). Perkembangan teknologi  informasi yang begitu pesat, memungkinkan diterapkannya cara-cara yang lebih efisien untuk produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam masyarakat atau ekonomi informasi sering disebut sebagai masyarakat pasca industri. Pada era informasi ini, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor penentu dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga dunia ini menjadi suatu kampung global atau Global Village.
b.      Perkembangan media komunikasi Massa di Indonesia.
Komunikasi massa dikenal di Indonesia sejak abad ke-18, tahun 1744 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan oleh pengusahaan Belanda. Kemudian terbit Vendu Niews tahun 1776 yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Ketika memasuki abad ke-19, terbit berbagai surat kabar lainnya yang semuanya diusahakan oleh orang-orang Belanda untuk para pembaca Belanda dan segelintir kaum pribumi yang mengerti bahasa Belanda. Kemudian media massa yang dikelola oleh pribumi mulai dengan terbitnya majalah Bianglala tahun 1854 dan Bomartani 1885, keduanya di Weltevreden. Selain itu pada tahun 1856 terbit Soerat kabar Bahasa Melajoe di Surabaya. Umumnya media itu terbit di Jawa. Ini dikarenakan percetakan sebagai sarana yang sangat vital untuk menerbitkan media hanya ada di Jawa. Itu sebabnya pers di Sumatera dan pulau-pulau lainnya berkembang belakangan. Di Padang misalnya muncul terbit pertama kalinya Pelita Kecil tahun 1882 dan Partja Barat tahun 1892. Kaum pribumi kemudian mulai banyak menerbitkan media sendiri pada abad ke-20.
Setelah kemerdekaan, kehidupan pers ikut menikmati kemerdekaan dengan bebas dari berbagai tekanan. Media pun bermunculan seperti cendawan di musim hujan. Seperti di Jakarta terbit Merdeka pada 1 Oktober 1945, di Yogyakarta terbit Kedaulatan Rakya tahun 1945, di Surabaya terbit Jawa Pos tahun 1949 dan Surabaya Pos tahun 1953. Tetapi suasan bebas ini hanya berlangsung selama masa Demokrasi Liberal (1945-1959). Setelah itu muncul Demokrasi terpimpin (1959-1965), pada masa ini banyak pembatasan terhadap kehidupan pers, kerenanya pers Indonesia pada masa itu boleh disebut sebagai pers otoriter. Kemudian pers di Indonesia kembali sedikit menerima udara bebas pada masa Orde Baru lahir tahun 1966 dan keadaan ini berlangsung hingga tahun 1974. Hal ini terlihat dengan terbitnya kembali sejumlah surat kabar yang pada masa Demokrasi Terpimpin pernah di berdel, yaitu Merdeka (Juni 1966), Berita Indonesia (Mei 1966), Indonesia Observer (September 1966), Nusantara (Maret 1967), Indonesia Raya (Oktober 1968), Pedoman (November 1968) dan Abadi (Desember 1968).
Pada masa Orde Baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila, cirinya adalah bebas dan bertanggungjawab. Di mana selanjutnya mendapat penegasan dari Tap MPR No.IV/1973 dan Tap MPR No.III/1983 agar pers di Indonesia dijadikan sebagai pers sehat, yaitu pers yang menjalankan fungsinya sebagai penyebar infomasi yang objektif, menyalukan aspirasi rakyat serta memperluas komunikasi dan partisipasi rakyat.
Aturan yang menindas pers itu terus dilestarikan pada era Soeharto, represi sudah dijalankan bahkan sejak pada awal era Orde Baru yang menjanjikan keterbukaan. Sejumlah Koran menjadi korban, antara lain majalah Sendi terjerat delik pers, pada 1972, karena memuat tulisan yang dianggap menghina Kepala Negara dan keluarga. Surat ijin terbit Sendi dicabut, pemimpin redaksi-nya dituntut di pengadilan. Setahun kemudian, 1973, Sinar Harapan, dilarang terbit seminggu karena dianggap membocorkan rahasia negara akibat menyiarkan Rencana Anggaran Belanja yang belum dibicarakan di parlemen.
Pengekangan terhadap pers kembali terjadi pada 1978, berkaitan dengan maraknya aksi mahasiswa menentang pencalonan Soeharto sebagai presiden. Sebanyak tujuh surat kabar di Jakarta (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore) dibekukan penerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon, dan diijinkan terbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maaf kepada pemimpin nasional (Soeharto).
Pada era Soeharto terdapat tiga faktor utama penghambat kebebasan pers dan arus informasi: adanya sistem perizinan terhadap pers (SIUPP), adanya wadah tunggal organisasi pers dan wartawan, serta praktek intimidasi dan sensor terhadap pers. Faktor-faktor itulah yang telah berhasil menghambat arus informasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi lembaga kontrol.
Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan sendirinya mengakhiri berbagai persoalan. Periode transisi, di era Presiden Habibie berlanjut ke Presiden Abdurrahman Wahid, suasana keterbukaan justru memunculkan berbagai persoalan baru yang lebih kompleks, tidak sekadar hitam-putih.
Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan liberalisasi dan itu pun bukan tanpa ancaman. Era Abdurrahman Wahid memperlihatkan kesungguhan untuk mengadopsi kebebasan pers, namun masih harus ditunggu sejauh mana keseriusan rezim Gus Dur-Megawati menegakkan kebebasan pers, mengingat basis pendukung dua pemimpin ini (Banser NU dan Satgas PDI Perjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers melalui aksi-aksi intimidasi terhadap pers. Ancaman terhadap kebebasan pers yang semula datang dari pemerintah melalui berbagai aturan represif, beralih wujud melalui tekanan massa serta ancaman internal: tumbuhnya penerbitan pers yang sensational dan tidak mengindahkan etika.
Departemen Penerangan, lembaga kontrol yang dua dasawarsa lebih menjadi hantu pencabut nyawa bagi Pers, dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, pada Oktober 1999. Presiden Wahid yang baru terpilih itu menegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan lagi menjadi urusan pemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya kontrol negara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Babak baru perkembangan pers Indonesia sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya, banyak catatan sejarah pers di Indonesia berada pada titik rekaman tekanan dan intimidasi. Pers Indonesia terperangkap dalam ranjau-ranjau peraturan dan sensor yang dipasang pemerintah. Pengalaman di Indonesia, kebebasan itu seakan-akan merupakan berkah atau hadiah dari penguasa baru yang muncul menggantikan penguasa otoriter sebelumnya. Kebebasan pers setelah masa reformasi membawa peluang besar bagi kelompok pengusaha.
Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk mengekplorasi kebebasan. Dampak yang kemudian terlihat, kebebasan itu untuk sebagian media, bukannya diekplorasi melainkan dieksploitasi. Sejumlah kebingungan dan kejengkelan terhadap kebebasan pers di era reformasi ini bisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi, informasi yang diedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi. Akibat ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak pers, maka “publik” kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuai tolok ukur mereka sendiri.
Era reformasi kini telah memproduksi media massa berorientasi populis, mengangkat soal-soal yang digunjingkan masyarakat. Akibatnya seringkali media massa menyebarkan informasi yang sebenarnya berkualifikasi isu, rumor bahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan hujatan). Pada ekstrim yang lain terdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan politis: mempengaruhi dan membujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan ideologi dan tujuan politisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak lawan.
Media massa sebagai penyalur informasi mengemas apapun yang bisa diinformasikan, asalkan itu menyenangkan dan sedang menjadi gunjingan publik. Gaya media semacam ini kemudian mendapat reaksi sepadan dari kelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal dan tertutup, atau kelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jika pemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalan pintasnya adalah melabrak dan mengancam yang ternyata memang terbukti sangat efektif bahkan sampai pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono kondisi komunikasi massa di Indonesia tampak jauh lebih baik dari sisi penyajiannya, namun sampai saat ini banyak materi-materi yang disajikan, menyimpang dari apa yang dicita-citakan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya media cetak maupun elektronik hadir dikalangan masyarakat, yang orientasinya lebih kepada meraut keuntungan dunia usaha

c.       System komunikasi satelit domestic (SKSD) Palapa.
Dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di Indonesia dilakukan  pembangunan system komunikasi satelit domestic (SKSD) untuk keperluan komunikasi. Pembangunan satelit itu dimulai tahun 1975 dan selesai tahun 1976. Satelit itu diberi nama palapa yang diambil dari sumpah mahapatih gajah mada untuk menyatukan nusantara. SKSD Palapa merupakan suatu system satelit komunikasi yang dikendalikan oleh system pengendali yang ada di bumi, yang mempunyai fungsi sebagai sarana dalam berbagai aktivitas komunikasi.
Satelit komunikasi mempunyai masa kerja tertentu, satelit yang masa kerjanya sudah habis harus diganti dengan satelit generasi baru. Generasi pertama dari SKSD Palapa adalah Palapa A-1 yang diluncurkan pada tanggal 18 juli 1976. Berturut-turut dari generasi satelit yang diluncurkan adalah
·         Palapa  A-2 (10 Maret 1977).
·         Palapa B-1 (19 Juni 1983).
·         Palapa B-2 (6 February 1984).
·         Palapa B-2P ( 20 Maret 1987).
·         Palapa B-2R (20 Maret 1990).
·         Palapa B-4 (7 Mei 1992).
·         Palapa C-1 (February 1996).
·         Palapa C-2 yang diluncuran pada tanggal 16 mei 1966.
·         Sekarang ini, kita juga mengenal satelit komunikasi yang lain yakni telkomsel-1 dan garuda-1.
Jangkauan dari satelit palapa C-2 meliputi wilayah dari Irian sampai Vladiwostok (Rusia) dan dari Australia sampai selandia baru. Melalui SKSD Palapa, hubungan komunikasi antar daerah dan antarnegara menjadi lebih mudah. System komunikasi tersebut memungkinkan bangsa Indonesia mengetahui berbagai informasi yang disajikan melalui televise secara cepat.
d.      Radio.
Radio siaran pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie-Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang paling terbesar dan terlengkap adalah radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkuneoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu saja. Namun demikian di kalangan pemuda terdapat beberapa orang dengan risiko kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk disekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan kelluar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan station call”Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad Hatta dan pimpinan lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia.
Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia).
Sampe akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional. Selanjutnya, stasiun RRI Regional juga membantu menginformasikan program-program pemerintah, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan beberapa radio siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun perlu ditertibkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak, serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun-stasiun radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).
e.       Televisi.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se- Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar diberbagai wilayang agar dapat menerima siaran televise, maka pada tanggal 6 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya satelit Palapa A selanjutnya Satelit Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2P dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999).
TVRI yang berada di bawah, Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televise siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televise swasta lainnya seperti SCTV, TPI, ANTV , dll.
Meskipun lima stasiun televisi sudah beroperasi, televise siaran tidaka akan pernah menggeser kedududkan radio siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri. Televise siaran dan rasio siaran, serta media lainnya berperan salaing mengisi. Televise siaran menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan







KESIMPULAN

v  Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern.  Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya
v  Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu dengan cara Intensifikasi pertanian, Ekstensifikasi pertanian, Diversifikasi pertanian, dan  Rehabilitasi pertanian
v  Industrialisasi merupakan salah satu dampak dari adanya revolusi hijau, dimana ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu industi pertanian, dan industry nonpertanian.
v  Tekhnologi informasi dan komunikasi berkembang pesat di Indonesia, ini dapat dilihat dari perkembangan media massa di Indonesia yang semakin pesat, bukan hanya itu tapi perkembangan radi, satelit domestic, dan juga radio pun berkembang pesat.

















DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Sudirman Tebba, Jurnalisme Baru, Kalam Indonesia, Jakarta, 2005


ww.id.yahooanswer.com








About