Tahukah Anda, sesama tumbuhan juga bisa “ngobrol”
PemalangOnline.com – Penelitian menyimpulkan bahwa tumbuhan ternyata saling berkomunikasi.
Para peneliti memodifikasi gen kubis yang memicu keluarnya gas saat
permukaan tanaman dipotong atau dilubangi. Modifikasi gen itu demi
membuktikan bahwa tanaman “saling berbicara”.
Peneliti menambahkan luciferase protein ke DNA sehingga emisi tanaman ‘dapat dipantau di depan kamera. Luciferase protein menimbulkan cahaya kunang-kunang dalam gelap.
Peneliti menambahkan luciferase protein ke DNA sehingga emisi tanaman ‘dapat dipantau di depan kamera. Luciferase protein menimbulkan cahaya kunang-kunang dalam gelap.
Tanaman kubis yang daunnya dipotong dengan gunting mulai memancarkan
gas – jasmonat metil – yang ‘memberitahu’ tumbuhan di lain bahwa ada
bahaya di sekitar mereka.
Dua tanaman kubis di dekat tanaman yang dipotong itu menerima pesan
untuk melindungi diri. Mereka melindungi diri dengan memproduksi bahan
kimia beracun pada daun untuk menangkis predator seperti ulat.
Ini adalah untuk pertama kalinya proses tersebut tertangkap kamera.
Para ilmuwan mengatakan penelitian itu makin memperbesar dugaan bahwa
semua tanaman berkomunikasi satu sama lain melalui ‘bahasa rumit yang
tidak terlihat’.
Rekaman itu akan ditampilkan sebagai cuplikan dari serial tiga bagian “How to Grow a Planet” di BBC2.
Profesor Ian Stewart yang melakukan percobaan tersebut di Exeter
University, mengatakan: “gas tersebut memicu perubahan aktivitas
biologis dua tanaman di sebelahnya. Mereka mendeteksi pesan yang
memperingatkan mereka untuk melindungi diri.”
“Mungkin ada obrolan konstan antar berbagai tanaman, bahwa mereka
secara kimia dapat merasakan hal yang terjadi pada tumbuhan lain, ini
tak ubahnya ada bahasa rahasia yang tersembunyi di sekitar kita.”
“Kebanyakan orang berasumsi bahwa tanaman menjalani hidup bukan
pasif, kenyataannya mereka bergerak, punya rasa, dan berkomunikasi,
hampir bisa disebut mereka punya sejenis kecerdasan,” kata profesor Ian.
Profesor Nick Smirnoff yang memimpin penelitian itu mengemukakan
bahwa temuan mereka bukan berarti bahwa tanaman bisa merasakan sakit.
Tanaman tidak memiliki saraf.
Profesor Smirnoff, ahli biokimia, mengatakan: “Kami telah berhasil
menunjukkan secara visual bahwa gas yang dipancarkan oleh tanaman ketika
terluka akan mempengaruhi tanaman di sekitarnya.”
“Belum jelas mengapa hal itu akan menguntungkan tanaman lainnya
karena tanaman selalu saling bersaing. Masih banyak yang harus
dipelajari.” (antaranews.com)